Oleh : Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, Imam Besar
Masjid Istiqlal Jakarta
Jihad
berasal dari akar kata jahada (bersungguh-sungguh) membentuk tiga kata kunci
yang dapat mengantar manusia meraih predikat tertinggi sebagai manusia
paripurna. Pertama, kata jihad berarti perjuangan yang dilakukan seseorang
dengan mengandalkan unsur fisik atau otot, meskipun perjuangan non-fisik juga
masuk kategori jihad di tempat lain. Jihad secara fisik tidak mesti harus diukur
kemampuan seseorang untuk mengangkat senjata melawan musuh-musuh Islam, tetapi
juga melakukan berbagai usaha secara fisik untuk terwujudnya keamanan,
keselamatan, dan ketinggian martabat manusia juga termasuk jihad. Bahkan
menyingkirkan batu kerikil di jalanan yang dapat membahayakan orang lain
termasuk cabang dari jihad, kata Rasulullah SAW. Unsur lain yang harus ada
dalam jihad ialah motivasi kuat yang didorong oleh niat tulus hanya untuk
Allah. Tanpa niat dan motivasi ini jihad sulit mencapai tujuan yang diharapkan.
Mungkin secara fisik berhasil, misalnya menaklukkan musuh, tetapi harus pula
berhasil disisi Tuhan yang diukur berdasarkan niat suci tadi.
Kedua,
ijtihad berarti perjuangan secara intelektual seseorang. Tidak semua orang
dapat melakukan ijtihad. Orang yang ahli di dalam berijtihad disebut mujtahid.
Unsur-unsur yang harus dipenuhi seseorang baru dapat disebut mujtahid
tergantung dalam berbagai konteks. Jika dalam konteks fikih, seorang mujtahid
harus menguasai bahasa Arab, 'Ulumul Qur'an, Ulumul Hadits, muslim, dan
praktisi muslim. Dalam konteks sosiologi Islam, seorang mujtahid difigurkan
sebagai seorang yang mampu memberikan sumbangan intelektual dalam membela dan
mengangkat derajat umat Islam dalam berbagai segi. Seorang ilmuwan muslim yang
ahli dalam bidang ekonomi dapat menyumbangkan konsep-konsepnya dalam
memberantas kemiskinan umat. Seorang fisikawan muslim dapat menyumbangkan
teknologi perang untuk kejayaan umat manusia. Seorang ahli obat-obatan dapat
menyumbangkan ramuan dan resep untuk kesehatan manusia, dan seorang dokter
muslim dapat mengupayakan penyembuhan pasien dengan cara-cara islami, dan
seterusnya.
Ketiga,
mujahadah berarti perjuangan secara batin atau spiritual. Kata mujahadah tidak
lebih populer daripada kata jihad atau ijtihad, padahal beberapa riwayat
menyebutkan bahwa ijtihad lebih utama daripada jihad, dan mujahadah lebih utama
dari pada ijtihad. Aukamaqala Rasulullah SAW: "Goresan tinta para ulama
lebih utama dari pada tumpahan darah para syuhada." Artinya, setetes tinta
orang yang berjuang melalui logika para ulama (mujtahid) lebih utama daripada
tumpahan darahnya para syuhada (yang lebih dominan menggunakan otot). Dalam
bahasa militer, seorang jenderal sebanding dengan seribu prajurit. Namun masih
ada yang lebih utama dari ijtihad, yakni mujahadah. Mujahadah ialah perjuangan
yang mengandalkan unsur batin atau kalbu. Jihad, ijtihad, dan mujahadah
masing-masing memiliki kekhususan. Unsur yang harus ada dalam jihad antara
lain, adanya keterlibatan fisik di dalamnya, ada perhitungan dan perencanaan
yang matang, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang, harus lebih
banyak manfaat daripada mudaratnya menurut ukuran-ukuran universal tujuan
syariah (maqashid al-syari'ah).
Ijtihad
lebih bersifat strategis dan berjangka panjang. Sementara perjuangan melalui
jihad lebih berjangka pendek. Kesulitan yang dihadapi antara keduanya
tergantung kondisi yang dihadapi. Boleh jadi tingkat kesulitan dan tantangan
jihad lebih berat, terutama pada waktu kekacauan dan peperangan. Tetapi
perjuangan ijtihad dituntut lebih banyak pada masa damai, terutama untuk
memikirkan kualitas hidup umat yang lebih layak. Sedangkan mujahadah lebih
bersifat terbuka, siapapun boleh mengaksesnya yang penting ada kesungguhan
batin untuk melakukannya. Mujahadah bisa mengantar manusia meraih predikat
tertinggi sebagai manusia paripurna. Idealnya seseorang yang mendambakan
kualitas hidup paripurna tidak bisa hanya mengandalkan salah satu di antara
ketiga kualitas perjuangan tadi, tetapi ketiga-tiganya harus sinergi di dalam
diri, sebagaimana ditampilkan Rasulullah. Beliau sangat terampil di dalam
perjuangan fisik, terbukti dirinya sering terlibat sebagai panglima angkatan
perang yang sangat disegani kawan dan lawan. Beliau juga seorang yang cerdas
pikirannya.
Sumber
: https://news.detik.com/
Comments
Post a Comment