Sudah
lama rasanya tidak menulis resensi novel, ok lah .. kali ini akan meresensi
salah satu novel favorit saya yaitu Kisah 47 Ronin karya John Allyn. Novel yang bersumber dari kisah nyata ini
pertama kali diterbitkan tahun 1970, versi lebih ringkas dari buku-buku 47
Ronin terdahulu, misalkan yang ditulis oleh A.B. Mitford tahun 1871 dalam Tales
of Old Japan. Empat puluh tujuh rōnin, adalah peristiwa sejarah abad ke-18 di
Jepang di mana sekelompok rōnin (samurai tanpa pemimpin) membalas dendam atas
kematian tuan mereka. Insiden yang sangat terkenal di Jepang, telah diangkat
menjadi beberapa film, kabuki (opera khas Jepang), komik, film anime dan tentu
saja termasuk novel. Kisah ini bercerita tentang sekelompok samurai yang tidak
memiliki pemimpin setelah Daimyo mereka (bangsawan feodal Jepang) Asano
Naganori terpaksa melakukan seppuku (bunuh diri ritual) karena menyerang
seorang pejabat kerajaan bernama Kira Yoshinaka. Setelah menunggu dan
merencanakan selama 14 bulan, 47 rōnin membalas kehormatan tuannya dengan
membunuh Kira. Mereka kemudian sendiri wajib melakukan seppuku untuk kejahatan
pembunuhan. Kisah nyata ini dipopulerkan dalam budaya Jepang sebagai lambang
kesetiaan, pengorbanan, kegigihan, dan kehormatan yang harus dilestarikan orang
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Popularitas kisah itu tumbuh selama era
Meiji, di mana Jepang mengalami modernisasi yang cepat, dan legenda itu mengakar
dalam wacana warisan dan identitas nasional.
Kisah
ini dimulai tahun 1701, dimana dua Daimyo, Asano Takumi-no-Kami Naganori, Daimyo
muda dari Domain Ako (wilayah kecil di Honshu Barat), dan Lord Kamei Korechika
dari Domain Tsuwano, diperintahkan untuk mengatur penerimaan untuk para utusan
Kaisar di Kastil Edo, selama layanan sankin-kōtai (upacara budaya untuk Shogun
untuk konsolidasi para Daimyo) mereka ke shōgun. Asano dan Kamei akan diberi
instruksi dalam etiket istana yang diperlukan oleh Kira Kozuke-no-Suke
Yoshinaka, seorang pejabat kuat dalam hierarki keshogunan Tokugawa Tsunayoshi. Kira
diduga menjadi kesal pada mereka, baik karena hadiah yang tidak mencukupi yang
mereka tawarkan kepadanya (dalam kompensasi waktu yang terhormat untuk
instruktur semacam itu), atau karena mereka tidak akan menawarkan suap seperti
yang dia inginkan. Kira memperlakukan Asano dengan buruk, menghina, bahkan
menuduh para Daimyo tersebut gagal mempersiapkan mereka untuk memenuhi tugas tersebut,
yang berarti pelanggaran terhadap perintah Shogun saat itu yaitu Tokugawa
Tsunayoshi.
![]() |
Lukisan Jepang saat Asano menyerang Kira (Sumber : Wikipedia) |
Awalnya,
Asano menanggung semua ini dengan tenang, namun Kira terus memperlakukan Asano
dengan keras karena dia kesal karena Asano tidak juga memberi uang suap yang
diharapkan. Akhirnya, Kira menghina Asano, memanggilnya sebagai orang pedesaan
yang tidak sopan, tidak mengerti budaya sehingga Asano tidak bisa menahan diri
lagi. Asano kehilangan kesabaran dan menyerang Kira dengan belati, melukai
wajahnya dengan serangan pertamanya, penjaga istana Shogun kemudian dengan
cepat memisahkan mereka. Luka Kira hampir tidak serius, tetapi serangan
terhadap seorang pejabat shogun di dalam batas-batas tempat tinggal shōgun
dianggap sebagai pelanggaran berat. Segala bentuk kekerasan, bahkan menggambar
katana, sepenuhnya dilarang di Kastil Edo. Daimyo Akō telah memindahkan belati
dari sarungnya di dalam Istana Edo, dan untuk pelanggaran itu, ia diperintahkan
untuk bunuh diri dengan seppuku. Barang-barang dan tanah Asano harus disita
setelah kematiannya, keluarganya harus dihancurkan, dan para pengikutnya harus
dibuat rōnin (tanpa pemimpin). Berita ini dibawa ke Ōishi Kuranosuke Yoshio,
penasihat utama Asano, yang mengambil komando dan memindahkan keluarga Asano
sebelum mematuhi perintah bakufu untuk menyerahkan kastil kepada agen-agen
pemerintah.
![]() |
Lukisan Jepang saat 47 Ronin bersiap menyerang Kastil Kira (Sumber : Wikipedia) |
Nah
novel ini menceritakan bagaimana Oishi, selama 14 bulan berusaha untuk
menyelamatkan klan Asano, menghindari mata-mata pemerintah yang mencurigainya
akan melakukan balas dendam. Oishi menjadi ronin, dalam rangka mengelabui
mata-mata pemerintah menjadi seorang pemabuk dan penjudi, seakan-akan hidupnya
berantakan gara-gara tidak memiliki Daimyo lagi. Puncaknya adalah ketika Oishi
menceraikan istrinya, bukan karena tidak mencintai istrinya lagi tetapi
menghindari istri dan keluarganya terhadap balas dendam balasan dari klan Kira
jika balas dendam Asano dilaksanakan. 14 bulan hidup terlunta-lunta akhirnya
membuat pemerintah Shogun percaya bahwa Oishi tidak akan memimpin anak buahnya
untuk melakukan balas dendam. Saat itulah Oishi mulai bergerak mengumpulkan 46
ronin mantan bawahannya. Novel ini menceritakan bagaimana Oishi menyusun taktik
gerilya mengumpulkan para ronin, menyusun rencana untuk menyerang kuil klan
Kira dan membunuh Kira yang korup, yang bertanggung jawab atas kematian Daimyo
Asano. Novel ini sangat enak dibaca, tidak terlalu tebal tetapi penuh dengan
nilai-nilai yang oleh orang Jepang dianggap sakral. 47 ronin tetap melaksanakan
sumpah setia mereka terhadap Daimyo yang telah diperlakukan tidak adil, bahkan
setelah Daimyo mereka tiada, bahkan dengan sadar bahwa kesetiaan mereka harus
dibayar nyawa dengan melakukan seppuku. Silakan membaca novelnya, ada yang
bilang mengetahui kisah 47 Ronin sama dengan mengetahui semangat orang Jepang
.. enjoy !
![]() |
Kuburan 47 Ronin di Sengaku-ji Jepang (Sumber : Wikipedia) |
Comments
Post a Comment