Bersyukur
atas nikmat Allah SWT merupakan bagian dari akhlak hamba.
Manusia
hidup harus berakhlak dan beradab. Berakhlak dan beradab bukan hanya ditujukan
antar-relasi manusia dengan manusia, tapi juga manusia dengan Allah SWT. Akhlak
dan adab antara manusia dengan Allah juga ditekankan dalam agama. Misalnya,
salah satu akhlak dan adab yang diajarkan agama adalah ketika manusia
diperintahkan untuk mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah SWT. Imam
Syekh Abu Bakar Jabir Al Jaza’iri dalam kitabnya berjudul Minhaj Al Muslim (The
Way of Moslem, 1964) menyebutkan, seorang Muslim harusnya melihat segala
sesuatu atas nikmat Allah dengan tidak terhingga. Sebab nikmat yang diberikan
Allah tidak dapat dihitung bahkan sejak manusia masih berupa nuthfah (air
mani). Bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah, baik secara lahiriah maupun
batiniah harus dilakukan manusia. Hal itu menurut beliau adalah bagian dari
akhlak manusia kepada Allah. Ciri-ciri manusia yang bersyukur atas nikmat Allah
yaitu lidahnya yang kerap berucap baik dan menyebut asma Allah, serta laku
sikapnya selalu dalam ketaatan kepada Allah. Sedangkan menurut beliau, orang
yang kufur nikmat atau mengingkari nikmat Allah sama saja tidak memiliki akhlak
kepada Allah. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan Allah dalam Alquran.
Allah
berfirman dalam surat An Nahl ayat 53 :
وَمَا
بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ
“Wa
ma bikum min ni’matin, fa minallahi.”
Yang
artinya : “Dan apa saja nikmat yang ada padamu, maka dari Allah-lah
datangnya,”.
Dalam
surat Al Baqarah ayat 152, Allah berfirman:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا
تَكْفُرُونِ.
“Fadzkuruni adzkurkum, wasykuruli wa la
takfurun.”
Yang
artinya : “Karena itu, ingatlah kalian kepadaKu niscaya Aku ingat juga kepada
kalian. Dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kalian mengingkariKu."
Sumber
: https://republika.co.id/
Rep:
Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Comments
Post a Comment