Covid-19
telah merenggut banyak nyawa, sehingga menjadi permasalahan dunia. Setiap
negara berlomba untuk menghentikan penyebarannya. Di sisi lain, manusia banyak
yang cemas karena keterlambatan pemerintah mereka dalam memberantas virus
setelah mereka berpikir perkembangan ilmiah dan teknologi akan mengakhirinya.
Negara-negara besar yang secara ekonomi
dan finansial memiliki potensi luar biasa, tampak tidak mampu menghadapi makhluk
yang sangat kecil itu. Kondisi sulit ini
sangat mempengaruhi tata kehidupan sosial, banyak orang kehilangan
pekerjaannya, antara individu sosial masyarakat mengalami hambatan dalam
berkomunikasi, proses belajar-mengajar mengalami banyak kendala. Fenomena
seperti ini sudah barang tentu akan menimbulkan perubahan sosial (social
change) termasuk merubah prilaku
manusianya. Dalam berbagai literatur
sosiologi disebutkan bahwa social change atau perubahan sosial adalah perubahan
yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya. Perubahan ini mencakup nilai-nilai, sikap, dan
pola perilaku (Prof Selo Soemardjan). Perubahan tersebut bisa terjadi secara
evolusi ataupun revolusi, berdasarkan perencanaan ataupun tanpa perencanaan.
Pengaruh perubahannya bisa bersekala kecil ataupun bersekala besar. Di samping
itu dampak dari perbuhan itu bisa positif dan bisa negatif.
Dengan
memperhatikan teori social change, maka Covid-19 termasuk perubahan sosial
secara revolusi, karena dalam waktu relatif singkat corona bisa merubah tatanan
sosial bukan berskala nasional, tetapi serentak berskala dunia. Banyak negara
tidak berdaya menghadapinya, sosial ekonomi mandeg atau turun drastis, karena
corona datang secara tiba-tiba, tidak bisa diprediksi dan tidak bisa
direncanakan sebelumnya. Pengaruhnya pun berskala besar karena seluruh sektor
kehidupan sosial kelimpungan. Sehingga sangat berdampak terhadap perilaku
sosial, baik positif maupun negatif. Henndy
Ginting, ketua Kompartemen Pengembangan
Asosiasi/Ikatan PP HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) berpendapat bahwa
Covid-19 akan mengubah perilaku manusia mencakup perilaku hidup sehat, perilaku
menggunakan teknologi, perilaku dalam pendidikan, perilaku menggunakan media
sosial, perilaku konsumtif, perilaku kerja, dan perilaku sosial keagamaan. Manusia akan semakin terbiasa menjaga pola
hidup sehatnya, makan yang bergizi, senang berolahraga, dan rajin memeriksa
kesehatannya secara teratur. Selanjutnya manusia akan terbiasa menggunakan
teknologi digital untuk alat komunikasi, alat produksi dan kebutuhan lainnya.
Dalam bidang pendidikan, pengajar dan peserta didik akan terbiasa menggunakan
media pembelajaran jarak jauh, misalnya email, WAG, Google Meet, Zoom, dan
google classroom. Namun di sisi lain manusia akan dibanjiri informasi yang
belum jelas kebenarannya. Mereka akan memilih hidup lebih sederhana, dengan
hanya membeli barang-barang yang dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan. Karyawan yang berada pada kelompok middle income ke atas biasanya
melakukan saving sebelum dan selama masa pandemik. Apabila kelompok ini
kehilangan pekerjaan, mereka akan mencari peluang untuk pengembangan diri.
Masyarakat menjadi lebih sadar tentang makna ritual keagamaan dan kaitannya
dengan kematangan spiritual dengan memandangnya sebagai proses mencari sesuatu
yang lebih utama dan bermakna.
Sejarah
mengingatkan kita, bahwa pada abad ke-14 telah terjadi pandemi yang dahsyat,
disebut black death (wabah hitam) yang konon telah membunuh sepertiga penduduk
benua Eropa. Demikian pula Perang Dunia telah menghancurkan Jepang, Jerman, dan
negara-negara lainnya, namun negara-negara yang dilanda musibah itu ternyata
telah mampu menghadapinya dan bisa bangkit, sehingga musibah yang dialaminya
itu menjadi enerji positif kebangkitan sosial, politik, ekonomi dan lainnya. Allah
SWT berfirman :
إِنَّ
اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ
“Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri.” (QS Ar-Ra’du: 11)
ذَٰلِكَ
بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ
يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Yang
demikian itu sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah
diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada
diri mereka sendiri.” ( QS al-Anfal: 53)
Perubahan
sosial merupakan salah satu aspek kehidupan yang senantiasa ada tanpa berhenti
karena tunduk kepada Sunnatullah. Banyak sekali ayat Alquran yang
menginformasikan adanya perubahan, sebagaimana firman Allah SWT :
أَوَلَمْ
يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللَّهُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى
اللَّهِ يَسِيرٌ
“Dan
apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari
permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah.” (QS al-Ankabut: 19)
Ayat
ini menjelaskan betapa mudah bagi Allah SWT mengubah atau mengganti fenomena
kehidupan manusia, dari tidak ada menjadi ada dan menjadi tidak ada lagi.
Sehingga Muhammad Abduh mengungkapkan perubahan itu sebagai sunnatullah
(kebiasaan Allah) yang berhubungan dengan tabiat manusia. Syekh Saīd Ramadhan
Al Būthī juga menjelaskan bahwa sikap kita terhadap Allah harus sesuai dengan
perintah-Nya (taat dan beriman sepenuhnya kepada Allah). Sikap kita terhadap sunatullah
harus sesuai dengan hukum-hukum alam yang ditetapkan oleh-Nya sebagai asas
keteraturan alam.
Oleh
Prof Dr, Syihabuddin Qalyubi, Lc MA
Sumber
: https://republika.co.id/
Catatan
blogger : pada saat artikel ini saya posting, penyebaran Covid-19 semakin masif
di beberapa bagian dunia meskipun beberapa negara (termasuk Indonesia) mulai
melonggarkan aturan ketat pencegahan dengan alasan ekonomi (bukan karena pandemik
telah berakhir). Kasus penularan seluruh dunia tercatat lebih dari 10 juta
kasus (meskipun berbagai pihak menyatakan, termasuk WHO, kasus pasti jauh lebih
banyak), hampir 500 ribu orang meninggal dan hampir 4 juta orang sembuh.
Amerika Serikat dan Brasil tercatat sebagai negara terparah dalam jumlah kasus
paparan virus ini.
Comments
Post a Comment