Para filsuf Muslim menyimpulkan cinta
dunia dan benci kematian adalah penyakit yang disebabkan oleh dorongan jiwa dan
syahwat, suatu penyakit dengan penderita paling banyak di dunia. Abu Bakar
Al-Razi, filosof Muslim yang terkenal dengan bukunya Al-Tibb Al-Ruhani,
mencatat bahwa di antara hal yang membuat jiwa melantur dan mendorongnya kepada
berbagai pertarungan yang merugikan dan syahwat yang tercela adalah panjang
angan-angan dan lupa akan kematian. Umar ibn Khattab, khalifah kedua setelah
Abu Bakar al-Shidiq, pernah berkata :
أتيتُ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم
عاشرَ عشرةٍ , فقال رجلٌ من الأنصارِ : من أكيَسُ النَّاسِ وأكرمُ النَّاسِ يا رسولَ
اللهِ ؟ فقال : أكثرُهم ذِكرًا للموتِ وأشدُّهم استعدادًا له أولئك هم الأكياسُ ذهبوا
بشرفِ الدُّنيا وكرامةِ الآخرةِ .
''Bersama sepuluh orang, aku menemui
Nabi SAW lalu salah seorang di antara kami bertanya, 'Siapa orang paling cerdas
dan mulia wahai Rasulullah ?' Nabi menjawab, 'Orang yang paling banyak
mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang yang
cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat'.''
(hadits riwayat Ibnu Majah).
Salman Al Farisi, seorang sahabat
nabi dari tanah Persia, juga pernah berkata: ''Tiga hal yang membuatku heran
hingga membuatku tertawa : Orang yang mengangankan dunia padahal kematian
tengah memburunya; orang yang lalai padahal ia tidak pernah dilupakan-Nya; dan
orang yang tertawa sepenuh mulutnya, sementara ia tidak mengetahui apakah ia
membuat murka Tuhan. Sementara itu, ada tiga hal yang membuatku bersedih :
Perpisahanku dengan kekasih, Muhammad SAW, dahsyatnya hari kiamat, dan berdiri
di hadapan-Nya sementara aku tidak tahu apakah aku diperintahkan ke surga atau
ke neraka.'' Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai khalifah kelima setelah
Al-Khulafa al-Rasyidun karena keadilan dan kesalehannya. Khalifah yang dikenang
karena jasanya mengumpulkan hadits Nabi ini gemar sekali mengumpulkan para ahli
fiqih pada masa pemerintahannya, untuk bersama-sama menyucikan jiwa (tazkiyatun
nafs). Cara yang biasa digunakan sang khalifah adalah dengan mengajak para
peserta pengajian mengingat mati (dzikru al-maut) dan mengingat-ingat hari
kiamat (dzikru yaum al-qiyamah). Setelah saling berestrospeksi diri, mereka
kemudian menangis, seolah-olah di hadapan mereka ada jenazah terbaring kaku
siap menghadiri pengadilan Allah SWT. ''Umar bin Abdul Aziz menangis setelah
mendengar nasihat seorang ulama tentang kematian,'' demikian sebuah riwayat
menuturkan. Karena kecenderungannya ini, Umar sangat dihormati dan ditaati.
Sumber : https://republika.co.id
Comments
Post a Comment