Dalam Kitab Riyadhush-Shalihin, Imam
an-Nawawi menukil sebuah hadis yang diriwayatkan Imam At-Turmudzi dari Jabir
RA. Pada suatu kesempatan, Nabi SAW berkumpul dengan sahabatnya, lalu memberi
petuah yang menggetarkan hati. “Sesungguhnya, yang paling aku cintai di antara
kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada Hari Kiamat adalah orang
yang paling baik akhlaknya. Dan, sungguh yang paling aku benci di antara kalian
dan paling jauh duduknya denganku pada Hari Kiamat adalah al-tsatsaruun dan al-mutasyaddiquun
serta al-mutafaihiquun," sabda Rasulullah SAW. Lalu para sahabat bertanya,
“Ya Rasulullah, Kami mengerti al-tsartsaruun dan al-mutasyaddiquun. Tapi,
siapakah al-mutafaihiquun itu ?” Beliau SAW menjawab, “al-mutakabbiruun." Melalui
hadis ini, Nabi SAW hendak mengingatkan umatnya akan tiga perkara yang paling
dibencinya karena termasuk akhlak al-mazmumah (perilaku buruk) yakni :
Pertama, al-tsartsaruun (orang yang
banyak celoteh dan suka membual). Golongan pertama yang dibenci Nabi SAW adalah
pembual atau pendusta yang banyak cakap dan lagunya, serta pandai pula bersilat
lidah. Kadang disertai argumentasi logis dan yuridis, namun mengandung
kebohongan dan tipuan. Kalau bicara seenaknya, kurang menjaga adab dan menyela
pembicaraan. Nabi SAW berpesan, “Katakanlah yang baik atau diam.” (HR Bukhari).
Banyak kata tapi sedikit makna dan tidak sesuai fakta. Mereka itulah
orang-orang munafik yang apabila berkata ia dusta, bila berjanji diingkari dan
bila dipercaya dikhianati (HR. Bukhari). Jangan percaya kepada orang yang
banyak cakap, tapi minim amal atau tidak sesuai dengan lakunya (QS [61]:2-3).
Kedua, al-mutasyaddiquun (orang yang
suka bicara berlebihan kepada orang lain). Golongan kedua yang dibenci Nabi SAW
adalah orang berlagak fasih dengan tata bahasa yang menakjubkan. Jika bicara,
bumbunya berlebihan hingga tak sesuai kenyaataan. Lihai dalam bertutur kata,
tapi hanya ingin dapat pujian. Tidak jarang pula, bahasanya indah namun berbisa
(menghinakan). Susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah. Dalam
diri manusia ada hati (wadah), akal (pengendali) dan hawa nafsu (keinginan).
Jika hati kotor maka yang keluar dari lisan pun kotor. Jika baik maka yang
keluar dari ucapan juga baik (QS [91]:8-10). Alquran menyindir manusia yang perkataannya
menarik, tetapi palsu belaka (QS [2]:204, [22]:30).
Ketiga, al-mutafaihiquun (orang yang
suka membesarkan diri). Golongan ketiga yang sangat dibenci Nabi SAW yakni
orang sombong atau angkuh. Kesombongan pertama adalah ketika Iblis menolak sujud
kepada Nabi Adam AS, lalu ia pun dikeluarkan dari surga (QS [5]:29-35). Fir’aun
yang mengaku Tuhan (QS [79]:23-25,[28]:38), akhirnya ditenggelamkan di Laut
Merah. Qarun yang pongah karena harta kekayaannya (QS [28]:76-82), dilenyapkan
ke perut bumi. Raja Namrudz yang menyetarakan diri dengan Allah SWT. (QS
[2]:258), justru dimatikan oleh seekor nyamuk. Nasihat Imam Ibnu Athaillah
dalam Al-Hikam perlu kita renungi, "Kemaksiatan yang menimbulkan rasa hina
dan penyesalan, lebih baik dari ketaatan yang melahirkan bangga dan
kesombongan." Tetaplah rendah hati, karena keangkuhan adalah awal dari
semua kejatuhan. Jangan sombong di depan orang tawadhu, nanti kau dipermalukan.
Jangan pula rendah hati di depan orang sombong, nanti kau dihinakan. Allahu
a’lam bish-shawab.
Sumber : https://republika.co.id
Oleh : Dr Hasan Basri Tanjung
Comments
Post a Comment