Kejujuran untuk mengatakan yang benar
pada saat ini tampaknya sudah menjadi barang langka atau sulit sekali
ditemukan. Kejujuran terlihat hanya mudah dikatakan di mulut, tetapi sulit
dalam praktiknya. Dengan berbagai dalih, kejujuran diabaikan bahkan disingkirkan
laksana sampah tak berharga. Padahal, seperti dikatakan Abu Dzar, “Kekasihku
(Rasulullah), memerintahkan tujuh hal kepadaku, di antaranya beliau
memerintahkanku untuk mengatakan yang benar walaupun itu pahit.” (HR Ahmad). Manusia
sulit untuk bersikap jujur secara praktik setidaknya karena dua hal. Pertama,
tabiatnya memang sering tidak jujur. Kedua, ada kepentingan tertentu yang harus
dibela atau diselamatkan, meski itu harus merugikan orang lain dan menyimpang
dari kebenaran dan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur. Tentang tabiat tidak
jujur, Rasulullah pernah mengatakan, “Seseorang membiasakan diri untuk jujur,
hingga ia ditetapkan di sisi Allah sebagai orang jujur. Dan, seseorang
membiasakan diri untuk berbohong, hingga ia ditetapkan di sisi Allah sebagai
pembohong.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Artinya, kebiasaan tidak jujur
sejatinya dibentuk oleh manusia itu sendiri. Ketika merasa bahwa saat ia
bersikap tak jujur tak ada masalah, ia kemudian melakukan hal itu lagi di waktu
lain. Sehingga, lama-lama ia menjadi terbiasa. Akhirnya itu menjadi karakter
personalnya. Ia lalu menganggap kejujuran sebagai sesuatu yang tak berharga.
Padahal, belum tentu dengan kebohongannya orang yang ingin ia dibela dan
diselamatkan benar-benar akan selamat. Sering kali ketakjujuran itu justru
menjadi bumerang yang menyerang balik ketika yang benar tersingkap
terang-benderang.
Oleh karena itu, Rasulullah
mengatakan, “Sesungguhnya kejujuran itu membawa pada kebaikan, dan kebaikan itu
membawa pada surga.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Artinya, kejujuran adalah
sesuatu yang baik dan bakal membawa kebaikan, tidak hanya bagi dirinya, tetapi
juga bagi orang lain. Semua orang akan merasakan efek positif dari kejujuran
itu. Sebaliknya, ketidakjujuran atau kebohongan justru akan membawa petaka bagi
banyak orang. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kebohongan itu membawa pada
keburukan dan keburukan itu membawa pada neraka.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Neraka
di dunia berarti kehidupan orang bersangkutan tak pernah tenang karena
sejatinya dibebani kebohongan yang telah dibuatnya, dan untuk menutupi
kebohongan itu, dia membuat kebohongan berikutnya. Akhirnya, kebohongan itu
makin bertumpuk-tumpuk. Berani jujur itu hebat. Hebat karena seseorang yang
jujur berarti telah menyampaikan hal yang benar, apa adanya, dan melepaskan
beban dan masalahnya untuk bersama-sama dicarikan solusinya. Dan, orang yang
jujur biasanya akan banyak dibantu. Sebaliknya, orang yang takut untuk bersikap
jujur sejatinya ia adalah orang penakut yang tak bernyali, meskipun ketika
berbicara di hadapan publik ia tampak berwibawa dan mantap, yang bisa jadi
hanya dibuat-buat. Pada akhirnya, Allah selalu akan menyingkap kebohongan siapa
pun pada waktunya nanti, “Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.” (QS al-Isra’
[17]: 81). Wallahu a’lam.
Oleh : Nur Faridah
Sumber : https://www.republika.id
ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000 :d
ReplyDeletedapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q :-* (f) (f) (f)