Pandemi Covid-19 yang melanda dunia
dan Indonesia tampaknya belum mereda. Hal ini berarti bahwa jihad kolektif
melawan Covid-19 dan aneka bencana lainnya menghendaki ketahanan mental
spiritual yang tangguh. Salah satu ketahanan mental spiritual itu adalah
kesabaran kolektif. Mengapa kesabaran kolektif sangat penting, terutama dalam
menghadapi situasi genting ? Karena, kesabaran kolektif itu merupakan energi
positif yang dahsyat berbasis prinsip kemaslahatan bersama. Kesabaran kolektif
itu merupakan benteng pertahanan diri yang kokoh untuk tetap disiplin mematuhi
protokol kesehatan demi kebaikan semua. Kesabaran kolektif itu harus menjadi
mentalitas tangguh dalam menghadapi pandemi dengan dibarengi pendekatan diri
kepada Allah melalui shalat, berdoa, dan bertawakal kepada-Nya. Kesabaran
kolektif itu sarat optimisme dan pertolongan Ilahi karena memang Allah selalu
membersama dan mencintai orang-orang yang sabar (‘Hai orang-orang yang beriman,
jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar’ QS al-Baqarah [2]: 153 dan ‘Dan berapa banyaknya nabi
yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang
bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di
jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah
menyukai orang-orang yang sabar’, Ali Imran [3]: 146).
Kesabaran kolektif itu dapat
menghadirkan sikap dan berpikir positif, berbaik sangka kepada Allah sekaligus
ridha terhadap ketentuan-Nya. Kesabaran kolektif mengantarkan manusia sebagai
hamba yang “dimiliki”, bukan memiliki kehidupan ini. “Orang-orang yang sabar
itu apabila ditimpa musibah, mereka berkata bahwa ‘Sesungguhnya kami ini milik
Allah dan kepada-Nyalah kami akan kembali’.” (QS al-Baqarah [2]: 156). Hasil
riset David deSteno dan tim di Northeastern University terhadap 105 responden,
menunjukkan bahwa orang sabar itu memiliki kebiasaan unik: ramah dan mudah
bersyukur. Disebutkan dalam jurnal Emotion, sikap terima kasih dan mudah
bersyukur ternyata bisa membantu orang bersikap sabar. Orang yang ramah
memiliki kesabaran lebih kuat dan mampu mengendalikan diri, tidak mudah marah,
memiliki imunitas tubuh, dan daya juang tinggi. Kesabaran kolektif itu diyakini
kunci kemenangan karena orang sabar selalu optimistis dan pantang menyerah
dalam menghadapi musibah. Orang sabar memiliki karakter positif, selalu mencari
solusi, tidak berkeluh kesah selain kepada Allah. Kekuatan sabar membuatnya
istiqamah beribadah personal dan sosial (QS ar-Ra’d [13]: 22).
Integrasi sabar dan shalat itu ditunjukkan
oleh Allah sebagai jalan kemenangan dan penuh harapan untuk memperoleh
pertolongan-Nya (QS al-Baqarah [2]: 153). Oleh karena itu, jihad melawan
Covid-19 tidak cukup dengan pendekatan klinis, medis, dan sosiologis, tetapi
juga harus ditopang kesabaran kolektif, shalat, zikir, doa, istighfar, tobat,
dan sedekah. Dengan demikian, esensi kesabaran kolektif adalah berdisiplin
positif, menahan diri dengan tidak menyalahi protokol kesehatan, membudayakan
pola hidup sehat dan bersih, dan membugarkan iman dan imun tubuh. Pada masa
pandemi ini, kesabaran kolektif menjadi ujian bersama dengan menahan diri,
membetahkan hati untuk menjaga diri agar tidak tertulari dan menulari, menjauhi
kerumunan, menjaga jarak dengan sesama, tetap memakai masker, dan disiplin mencuci
tangan. Selain itu, kesabaran kolektif itu harus menjadi komitmen moral semua
disertai niat yang tulus karena Allah semata.
Oleh : Muhbib Abdul Wahab
Sumber : https://www.republika.id/
Numpang promo ya Admin^^ (f)
ReplyDeleteingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
ayo segera bergabung dengan kami di ionpk.biz ^_$
add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^ x-)