Islam adalah ajaran mengenai
luar-dalam, lahir-batin, serta tekstual-kontekstual sekaligus. Penerapan agama
bukan hanya melalui fikih dengan pendekatan yang rigid, melainkan juga harus
dibuka peluang menerjemahkannya dalam pranata sosial yang lebih fleksibel. Oleh
sebab itu, penting bagi kita memahami pesan Al Qur’an surat al-A'raf [7] :
157.
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ
الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ
يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ
وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ
الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا
النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut
Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan
Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan
melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka
segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang
dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka
orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti
cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah
orang-orang yang beruntung.”
Ayat ini secara gamblang menegaskan
tiga misi utama Nabi Muhammad, yaitu pertama, amar makruf nahi munkar. Kedua,
menjelaskan soal halal dan haram. Ketiga, membebaskan umat dari beban yang
mengimpit dan belenggu yang memasung mereka.
Ketiga misi ini melekat juga kepada kita sebagai para penerus dan
pengobar semangat kenabian dan kerasulan Baginda Muhammad SAW. Mendekati permasalahan
umat semata dengan misi amar makruf dan nahi munkar belumlah memadai untuk
terciptanya kehidupan yang penuh keberkahan. Demikian pula, hanya menggunakan
pendekatan halal-haram belum akan lahir kehidupan sebagaimana menjadi misi
ketuhanan di muka bumi ini. Kedua pendekatan ini harus dilengkapi dengan misi
Nabi yang ketiga, yaitu membebaskan umat dari kemiskinan dan kefakiran. Sangat
mungkin seseorang mampu memenuhi semua kualifikasi syariat dalam melaksanakan
sebuah ibadah, tapi mungkin tertolak karena pesan sosial tidak tertunaikan
dengan benar. Al Qur’an meminta umat Islam menjadi pembela bagi kelompok
tertindas serta golongan yang lemah dan dilemahkan.
Islam bukan agama kerajaan. Ia
terlahir di tengah rakyat jelata yang tak berdaya akibat kuatnya aksi
penindasan, kerasnya dominasi gender, dibanggakannya kebodohan, dan kejamnya
tirani suku, serta melembaganya perbudakan.
Agama, dengan segenap spirit kamanusiaannya, lahir untuk menata
kehidupan agar lebih berkeadilan. Karena itu, begitu banyak nabi dan utusan
Tuhan harus menyabung nyawa demi tegaknya keadilan agar tercapai masyarakat
yang takwa. Simaklah perjuangan beberapa nabi dalam lintasan sejarah. Nyaris
semua nabi adalah pejuang revolusioner. Rata-rata mereka mengawali pengenalan
misi ketuhanan dari tengah-tengah rakyat mustadh'afin alias kelompok yang
dilemahkan oleh sistem. Misi ketuhanan diejawantahkan dalam misi kenabian. Misi
kenabian harus dimanifestasikan dalam misi kemanusiaan yang sejati. Sejarah
menunjukkan, betapa keras dan revolusionernya perjuangan Nabi Muhammad. Baginda
Rasul adalah penggembala kecil yang terus "konsisten" menjadi buruh
hingga hari tuanya. Beliau bangga hidup di tengah orang miskin hingga
detik-detik terakhir kehidupannya. Karena pilihannya sebagai nabi yang
hamba-nabiyyan 'abdan-bukan sebagai nabi yang raja, maka beliau mampu menjelma
pembela sejati bagi kaum tertindas. Atau, sebutlah beberapa nama nabi dan rasul
yang berasal dari strata paling bawah dalam piramida sosial.
Di antara begitu banyak penyebab
hilangnya keberkahan hidup, kemiskinan absolut-extreme poverty-juga diduga
sebagai salah satu yang membuat hidup menjadi absurd. Tentu absurd bagi kita
yang awam dalam memahami ajaran agama. Di satu sisi, kita kerap menemukan
ajaran agama yang menyebutkan orang-orang miskin akan memasuki gerbang surga
Tuhan 500 tahun sebelum kedatangan mereka yang kaya, sementara banyak
keterangan lain juga menyebut kemiskinan sebagai situasi yang harus dijauhi. Begitu
menakutkannya kemiskinan dan kefakiran, hingga Baginda Rasul mewanti-wanti umat
Islam dengan sebuah doa yang beliau ajarkan :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكُفْرِ
وَالْفَقْرِ
"Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran." (HR Abu Dawud).
Kisah Tsa'labah bin Khatib al-Anshori
merupakan contoh monumental yang menjalar dari mulut ke mulut di kalangan kita,
umat Islam. Begitu fakirnya Tsa'labah, demikian diceritakan, beliau harus
buru-buru meninggalkan masjid hanya setelah Rasulullah mengucapkan salam
penutup shalat. Alasannya, ingin berbagi pakaian dengan istrinya agar dapat
sholat pada kesempatan pertama. Karena ketergesaannya meninggalkan majelis
Rasul itu, beberapa sahabat curiga Tsa'labah termasuk kelompok munafik.
Kemiskinan dan kefakiran benar-benar telah menjelma sebagai salah satu situasi
yang paling menakutkan anak cucu Adam. Begitu menakutkannya kemiskinan dan
kefakiran, setan pun kerap menggoda dan menggelincirkan manusia ke jurang
kenistaan dan kemiskinan.
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ
"As-syaithaanu ya'idukumul
faqro-setan menjanjikan (menakut-nakuti) kalian dengan kemiskinan…" (QS
al-Baqarah [2]: 268).
Karena kemiskinan amat potensial menyebabkan seseorang mengingkari keadilan Allah, kini penting dipikirkan kembali memetakan pola pendekatan agama terhadap orang-orang yang tak berdaya ini. Kelompok ini wajib diselamatkan agar benar-benar tidak terjatuh ke lembah kekufuran. "Kaadal Faqru an Yakuuna Kufron-nyaris kefakiran menyebabkan kekufuran." Pernyataan di atas merupakan penegasan betapa bahayanya kefakiran dan kemiskinan.
Sumber : https://www.republika.co.id/
Comments
Post a Comment