صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ
عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ
Artinya : “(yaitu) jalan orang-orang
yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai,
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Dalam Tafsir Tahlili ayat ketujuh
surat Al Fatihah, Tafsir Alquran Kementerian Agama RI, dijelaskan bahwa sebelum
Alquran diturunkan dan Nabi Muhammad diutus, Allah sudah menurunkan kitab-kitab suci lainnya kepada rasul-rasul
yang diutus sebelum Nabi Muhammad. Di antara umat-umat terdahulu itu (sebelum
datangnya Islam) terdapat juga para nabi, ada juga orang-orang yang membenarkan
rasul-rasul yang diutus Allah atau siddiqin, jujur dan patuh terhadap rasul dan
ajaran yang dibawanya. Di antara umat terdahulu juga ada syuhada yang
mengorbankan jiwa dan harta untuk kemuliaan agama Allah, termasuk ada juga
orang-orang shaleh yang patuh dan menjauhi larangan Allah. Mereka itulah
orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah. Karena itu umat Nabi Muhammad
diajarkan memohon kepada Allah agar diberikan taufik dan bimbingan sebagaimana
Allah telah memberi taufik dan membimbing umat-umat terdahulu yang taat kepada
Allah dan rasul yang diutus pada setiap masanya. "Artinya sebagaimana
mereka telah berbahagia dalam aqa'id, dalam menjalankan hukum-hukum dan
peraturan-peraturan agama, serta telah mempunyai akhlak dan budi pekerti yang
mulia, maka demikian pula kita hendaknya. Dengan perkataan lain, Allah menyuruh
kita agar mengambil contoh dan teladan kepada mereka yang terdahulu,"
begitu dikutip Tafsir Alquran Kementerian Agama RI.
Lantas mengapa Allah menyuruh
mengikuti jalan umat yang terdahulu yang taat kepada Allah dan rasul-Nya ?
Bukankah dalam agama Islam sudah ada petunjuk-pentunjuk, hukum-hukum, bahkan
lebih lengkap dari umat sebelumnya ? Dalam Tafsir Alquran Kementerian Agama RI
dijelaskan bahwa sebetulnya agama Allah itu adalah satu. Meski ada perbedaan,
tetapi perbedaan itu terletak pada bagiannya atau cabang atau syariat, sedang
pokok-pokok ajarannya serupa. Sehingga
patut untuk dijadikan contoh dan diambil pelajaram pada kaum-kaum yang kokoh
dalam keimanannya dan terus mengikuti ajaran Allah yang dibawa rasul-Nya meski
mereka mendapat rintangan dan tekanan dari orang-orang yang ingkar dan penguasa
yang zalim. Merekalah orang-orang terdahulu yang mendapatkan bimbingan pada
jalan yang lurus. Umat-umat terdahulu
ada yang diberi nikmat oleh Allah ada juga yang sesat dan dimurkai Allah.
Sementara orang-orang terdahulu yang dimurkai Allah itu adalah yang tak mau
menerima seruan Allah yang disampaikan rasul-rasul yang diutus-Nya. Sebab apa
yang dibawa para rasul, berlainan dengan kebiasaan dan tak sesuai dengan hawa
nafsu mereka. Termasuk juga orang atau golongan yang dimurkai adalah yang
mulanya telah menerima apa yang disampaikan rasul-rasul pada masanya, tetapi
kemudian mereka membelok atau menyimpang bertolak belakang dengan ajaran yang
dibawa utusan Allah.
Banyak umat terdahulu yang mendapat
azab Allah sejak masih di dunia, sebagai balasan yang setimpal akan keingkaran
dan sifat angkara murka mereka. Seperti kaum 'Ad dan Samud, kemudian Firaun dan
kaumnya. Kepercayaan, amal dan budi pekerti kaum-kaum itu rusak sehingga
mendapatkan murka Allah. Maka dari ayat ketujuh surat Al-Fatihah, Allah
mengajari hamba-Nya untuk memohon kepada-Nya agar terjauh dari kemungkaran-Nya,
dam terhindar dari kesesatan. Di dalam ayat itu juga terdapat perintah Allah
agar manusia mengambil pelajaran dari sejarah bangsa-bangsa yang terdahulu. Selamat
tahun baru 2024 .. semoga tahun ini kita tetap menjadi muslim yang berada di
jalan lurus .. amiiin !
Sumber : https://islamdigest.republika.co.id/
🤲
ReplyDelete