Rasulullah Saw adalah manusia paling
sempurna di muka bumi ini. Ada banyak teladan yang bisa dijadikan contoh oleh
umatnya. Salah satunya inspirasi tentang kesetiaan terhadap orang yang berbuat
baik. Ahmad Muhammad al-Hufy dalam bukunya "Akhlak Nabi Muhammad Saw"
menjelaskan tentang bagaimana kesetiaan Rasulullah Saw kepada mereka yang
berbuat baik. Menurut Ahmad, Rasulullah selalu mengingat dan membalas kebaikan
orang yang berbuat baik dan juga membalas kebaikannya dengan yang setimpal.
Muhammad bin Maslamah berkata : Suatu hari kami bersama Rasulullah. Beliau
berkata kepada Hasan bin Tsabit, "Wahai Hasan, bacakan sebait sair
Jahiliah, lalu Hasan membacakan sebuah kasidah Asya yang mencaci Alqamah bin
Ulatsah.
عَلْقَمَةُ مَا أَنْتَ مِنْ
عَامِرٍ النَّاقِصِ الْأَوْتَارِ وَالْوَاتِرِ
"Wahai Alqamah, engkau bukanlah
tandingan Amir, maka yang sedikit menuntut balas dan yang yang banyak membunuh
(karena keberaniannya)"
Maka Rasulullah berkata, "Hai
Hasan, sesudah hari ini, jangan lagi
membacakan syair semacam itu kepadaku." Hasan menjawab, "Wahai
Rasulullah, apakah aku dilarang mempercakapkan seorang musyrik yang bermukim di
tempat kaisar ?" beliau menjawab, "Wahai Hasan, orang yang paling
berterima kasih kepada manusia itulah orang yang paling berterima kasih kepada
Allah. Sesungguhnya kaisar telah menanyakan teantang diriku kepada Abu Sufyan,
lalu Abu Sufyan mengatakan yang tidak baik tentang diriku. Dan kaisar bertanya
kepada Alqamah maka dia mengucapkan kata - kata yang baik, maka Rasulullah
berterima kasih kepada Alqamah terhadap sikapnya baik itu." Berbuat baik
sejatinya diperintahkan oleh agama kepada siapapun. Bahkan kepada mereka yang
berbuat jahat. Rasulullah Saw telah mencontohkan dari sikap dan ucapannya
bagaimana memperlakukan dengan baik orang-orang yang mencelakainya. Itu adalah
cerminan akhlak Rasulullah Saw. Alquran pun telah memerintahkan manusia agar
berbuat baik. Sebab kebaikan itu akan memberikan dampak positif kepada diri
sendiri. Sebagaimana tertuang dalam Surah al-Isra' ayat 7 yang berbunyi :
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ
لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا
وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا
مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا
Latin : In aḥsantum aḥsantum
li'anfusikum, wa in asa'tum fa lahā, fa iżā jā'a wa‘dul-ākhirati liyasū'ū
wujūhakum wa liyadkhulal-masjida kamā dakhalūhu awwala marratiw wa liyutabbirū
mā ‘alau tatbīrā(n).
Artinya : "Jika berbuat baik,
(berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat
jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. Apabila
datang saat (kerusakan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan
wajahmu, untuk memasuki masjid (Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika
pertama kali, dan untuk membinasakan apa saja yang mereka kuasai."
Sumber : https://islamdigest.republika.co.id/
Comments
Post a Comment