Allah
SWT menjadikan manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Dalam menjalankan
tugas itu, setiap insan dibekali dengan akal. Keberadaan pikiran rasional juga
membedakannya dari makhluk-makhluk lain, semisal hewan yang hanya mengandalkan
insting dan hawa nafsu. Tentang akal, Nabi Muhammad SAW bersabda, seperti
diriwayatkan at-Tirmidzi, “Tidak ada yang lebih mulia dari makhluk-makhluk
ciptaan Allah selain akal.” Nalar yang sehat dapat menjadi jalan untuk
meningkatkan ketakwaan, alih-alih bersikap kufur dan ingkar. Dalam Alquran,
terdapat lebih dari 700 ayat yang menyuruh manusia untuk merenungi penciptaan
alam semesta. Perenungan demikian mustahil dilakukan tanpa adanya akal pikiran.
Nalar juga menjadi syarat dalam mempelajari semua ilmu. Dan, Islam tidak
mungkin diamalkan tanpa seseorang berilmu. Karena itu, pemikiran yang ideal
adalah ketika akal terhubung dengan cahaya iman serta dorongan untuk terus
menerus meningkatkan ketakwaan. “Dan Kami lebihkan mereka (manusia) di atas
banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna” (QS al-Isra:
70). Menurut tafsir para ulama, yang dimaksud dengan kelebihan dalam ayat
tersebut, antara lain, adalah kemampuan berpikir. Itulah yang menjadi pembeda
manusia.
Namun,
kedudukan insan bisa jadi lebih rendah daripada makhluk nirakal bila hawa
nafsunya tak terkendali. Terlebih lagi bagi orang-orang yang enggan menerima
kebenaran. Dalam surah al-A’raf ayat 179, Allah mengibaratkan penduduk neraka
jahanam sebagai hewan ternak atau bahkan lebih rendah lagi. Sebab, mereka tidak
menggunakan hati, mata, dan telinga untuk memahami risalah Islam. Dengan akal,
seorang Muslim dapat mengamalkan syariat dan beribadah. Bila seseorang
kehilangan nalar sehatnya, semisal mereka yang mengidap gangguan kejiwaan, maka
tidaklah ia menerima beban syariat. “Pena diangkat (dibebaskan) dari tiga
golongan, (yakni) orang yang tidur sampai ia bangun; anak kecil sampai bermimpi
(baligh); dan orang gila sampai ia kembali sadar (berakal),” sabda Nabi SAW.
Beliau juga berpesan, “Hendaknya engkau mendekatkan dirimu kepada-Nya dengan
akalmu.” Maka bersyukurlah kita yang masih dikaruniai akal pikiran dan hati
yang dipenuhi keimanan.
Sumber : https://khazanah.republika.co.id/
Comments
Post a Comment